Rasio Likuiditas

Kita seringkali mendengar ada perusahaan yang tidak mampu atau tidak sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian utang yang jatuh tempo pada saat ditagih. Atau terkadang perusahaan tidak memiliki dana untuk membayar kewajibannya tepat waktu. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak memiliki cukup dana untuk menutupi utang yang sudah jatuh tempo.

Kasus ini akan berdampak pada citra perusahaan yang pada akhirnya akan memperoleh krisis kepercayaan dari berbagai pihak yang selama ini membantu kelancaran usahanya. Padahal kita tahu bahwa kepercayaan dari berbagai pihak terhadap perusahaan merupakan modal utama perusahaan dalam mencapai target yang telah ditetapkan.

Ketidakmampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, bisa dikarenakan perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali. Atau kedua, bisa saja perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana cukup secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu untuk mencairkan aktiva lainnya, seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga, atau menjual sediaan atau aktiva lainnya.

Dalam praktinya, tidak jarang pula perusahaan mengalami hal sebaliknya, yaitu kelebihan dana. kejadian ini bagi perusahaan juga kurang baik karena aktivitas ada aktivitas yang dilakukan tidak optimal. Manajemen kurang mampu menjalankan kegiatan operasional perusahaan, terutama dalam hal menggunakan dana yang dimiliki. Sudah pasti hal ini akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian laba seperti yang diinginkan.

Baca Juga : Rasio Solvabilitas

Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya tersebut sebenarnya adalah akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kemudian, sebab lainnya adalah sebelumnya pihak manajemen perusahaan tidak menghitung rasio keuangan yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya kondisi perusahaan sudah dalam keadaan tidak mampu lagi karena nilai utangnya lebih tinggi dari harta lancarnya. Seandainya perusahaan sudah menganalisis rasio yang berhubungan dengan hal tersebut, perusahaan dapat mengetahui dengan mudah kondisi dan posisi perusahaan sebenarnya. Kemudian perusahaan dapat berusaha untuk mencarikan jalan keluarnya. Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya dikenal dengan nama analisis rasio likuiditas.

Pengertian Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas atau rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancar (utang lancar). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditasnya perusahaan dari waktu ke waktu.

Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan memiliki utang yang segera jatuh tempo senilai Rp. 1.000.000, sementara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan sebesar Rp. 1. 200.000. Maka, perusahaan ini dikatakan likuid. Artinya, perusahaan mampu membayar utang tersebut. Sebaliknya, jika aktiva lancar yang dimiliki perusahaan hanya sebesar Rp. 800.000 perusahaan ini dikatakan illikuid. Artinya perusahaan tidak mampu membayar utang dengan seluruh aktiva lancar yang dimilikinya. Perusahaan masih kekurangan sebesar Rp. 200.000 untuk menutupi utangnya.

Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas

Perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun bagi pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya terdapat banyak manfaat atau tujuan analisis rasio likuiditas bagi perusahaan, baik bagi pihak pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, dan pihak yang memiliki hubungan dengan perusahaan seperti kreditor dan distributor atau suplier.

Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas:

  1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan.
  2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.
  3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi persediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.
  4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.
  5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
  6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.
  7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
  8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
  9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor), investor, distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga. Hal ini tergambar dari rasio yang dimilikinya. Kemampuan membayar tersebut akan memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan pinjaman selanjutnya. Kemudian, bagi pihak distributor adanya kemampuan membayar mempermudah dalam memberikan keputusan untuk menyetujui penjualan barang dagang secara angsuran. Artinya, ada jaminan bahwa pinjaman yang diberikan akan mampu dibayar secara tepat waktu. Namun, rasio likuiditas bukanlah satu-satunya cara atau syarat untuk menyetujui pinjaman atau penjualan barang secara kredit.

Jenis - Jenis Rasio Likuiditas

Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semua ini tergantung dari jenis rasio likuiditas yang digunakan. Dalam praktiknya, untuk mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakan jenis rasio likuiditas yang ada.

Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan, yaitu:

  1. Rasio lancar (current ratio)
  2. Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio)
  3. Rasio kas (cash ratio)
  4. Rasio perputaran kas
  5. Inventory to net working capital

Rasio Lancar

Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Versi terbaru pengukuran rasio lancar adalah mengurangi persediaan dan piutang.

Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang digunakan, misalnya rata-rata industri untuk usaha yang sejenis atau dapat pula digunakan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya, sekalipun kita tahu bahwa target yang telah ditetapkan perusahaan biasanya ditetapkan berdasarkan rata-rata industri untuk usaha yang sejenis.

Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio yang dapat digunakan sebagai berikut:

Current Ratio = Aktiva lancar (current assets) / Utang lancar (current liabilities)

Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Artinya nilai perswdiaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuanhkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajiban yang dibandinhkan dengan aktiva lancar lainnya.

Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi dengan nilai persediaan. Terkadang perusahaan juga memasukkan biaya yang dibayar dimuka jika memang ada dan dibandingkan dengan seluruh utang lancar.

Rumus untuk mencari rasio cepat dapat digunakan sebagai berikut:

Quick Ratio = Current assets - Inventory / Current Liabilities

Rasio Kas

Rasio kas merupakan alat yang digunakan perusahaan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

Rumus untuk mencari rasio kas dapat digunakan sebagai berikut:

Cash Ratio = Cash or Cash Equivalent / Current Liabilities

Rasio Perputaran Kas

James O. Gill, rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat keteesediaan kas untuk memvayar tahihan utang dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

Untuk mencari modal kerja, kurangi aktiva lancar terhadap utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini dikatakan sebagai modal kerja beraih yang dimiliki perusahaan. Sementara itu, modal kerja kotor atau modal kerja saja merupakan jumlah dari aktiva lancar. Hasil perhitungan rasio perputaran kas dapat diartikan sebagai berikut:

  1. Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti ketidak mampuan perusahaan dalam membayar tagihannya.
  2. Apabila rasio perputaran kas rendah, dapat diartikan kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga perusahaan hadus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit. 

Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah sebagai berikut:

Rasio Perputaran Kas = Penjualan bersih / Modal kerja bersih

Inventory to Net Working Capital

Inventory to net working capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dan utang lancar.

Rumus untuk mencari inventory to net working capital dapat digunakan sebagai berikut:

Inventory to Net Working Capital = Persediaan / Modal kerja bersih

Visit My YouTube Channel :

Referensi

Kasmir, 2012. Analisis Laporan Keuangan. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Mencatat Dividen, Pembelian, Penjualan, Akuisisi, dan Pendapatan pada Investasi Saham

Organisasi Sektor Publik : Pengertian, Ruang Lingkup, Perkembangan, Tujuan, Karakteristik, Jenis Jenis, Perbedaan, dan Persamaan Organisasi Sektor Publik dan Sektor Swasta

Organisasi Non Laba dan Non Pemerintahan (Universitas dan Rumah Sakit)