Manajemen Laba | Pengertian, Faktor, Sasaran, Strategi, Motivasi, Teknik, Pola, Mekanisme, Metode, dan Manipulasi Aktivitas Riil
Ada alasan mendasar mengapa manajer melakukan manajemen laba. Harga pasar saham suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba risiko perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar dibandingkan persentase kenaikan laba. Hal inilah yang mengakibatkan banyaknya perusahaan yang melakukan pengelolaan dan pengaturan laba sebaga salah satu upaya untuk mengurangi risiko. Secara logika hal itu bias dipahami karena manusia merupakan pribadi yang cenderung menghindari risiko (risk adverse) yang selalu berusaha mengeliminasi atau meminimalkan kerugian yang mungkin akan dialaminya, walaupun upaya yang dilakukannya mungkin merugikan pihak lain. Kondisi inilah yang mengakibatkan sampai saat ini manajemenlaba masih dipertanyakan apakah merupakan aktivitas melanggar prinsip akuntansi berterima umum atau bukan. Inilah yang mengakibatkan sampai saat ini ada atau belum ada kesepakatan dikalangan akademisi maupun antara akademisi dengan praktisi mengenai defenisi manajemen laba yang diakibatkan perbedaan pandangan terhadap manajemen laba. Sebagian pihak menilai manajemen laba merupakan perbuatan curang yang melanggar prinsip akuntansi. Upaya ini dilakukan dengan memanfaatkan metode dan standar akuntansi yang ada untuk mengelabui pemakai laporan keuangan (Sulistyanto, 2008).
Sementara sebagian yang lain menilai manajemen laba sebagai aktivitas yang lumrah dilakukan manajer dalam menyusun laporan keuangan, apalagi jika upaya rekayasa manajerial ini dilakukan dalam ruang lingkup prinsip akuntansi. Hal inilah yang menyebabkan setiap pihak yang concern pada permasalahan ini mencoba untuk mendefenisikan manajemen laba sesuai dengan penilaian dan pemahamannya baik secara positif maupun negatif. Akibatnya, saat ini ada cukup banyak defenisi dan batasan menegenai manajemen laba yang membuat spectrum upaya rekayasa manajerial ini menjadi luas (Sulistyanto, 2008).Visit My YouTube Channel :
- Zikir Penghapus Dosa, Pembuka Pintu Rezeki, Penenang Hati, Permudah Segala Urusan
- Punya Hajat Dunia dan Akhirat? Pengen Bisnis Lancar? | Udah Sholawatin Aja!!
- Sholawat Munjiyat - Ust. Yusuf Mansyur
Manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas dari laporan keuangan karena tidak memcerminkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Upaya manajer untuk memaksimalkan nilai perusahaan akan mengarah pada upaya memaksimalkan kesejahteraan pribadi. Atas dasar itulah mengapa laba dinilai sebagai cermin perilaku oportunis seorang manajer dengan mempercantik laporan keuangannya (fashioning accounting reports), yaitu melaporkan laba atau kinerja sesuai dengan kepentingan yang dicapainya. Para pemakai laporan keuangan dimungkinkan akan mengambil keputusan yang salah dikarenakan mereka memperoleh informasi keuangan yang salah (Sulistyanto, 2008).
Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan yang tujuannya untuk dilaporkan kepada pihak eksternal dengan tujuan tertentu. Warmadewa (2010) mengatakan bahwa manajemen laba (earning management) sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat earning yang diinginkan.
Belkaoui (2006:74) berpendapat bahwa manajemen laba merupakan para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih di antara beberapa cara alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi yang sama. Fleksibilitas ini, yang dimaksudkan untuk memungkinkan para manajer mampu beradaptasi terhadap berbagai situasi ekonomi dan menggambarkan konsekuensi ekonomi sebenarnya dari transaksi tersebut, dapat juga digunakan untuk memengaruhi tingkat pendapatan pada suatu waktu tertentu dengan tujuan untuk memberikan keuntungan bagi manajemen dan para pemangku kepentingan (stakeholder). Hal ini adalah satu contoh lain yang mencolok dari akuntansi yang dirancang.
Menurut Scoot (2000:369), manajemen laba didefinisikan sebagai yaitu Earning management is the choice by a manager of accounting policies so as to achieve some specific objective (pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajemen untuk mencapai tujuan khusus). Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001:92) membagi definisi manajemen laba menjadi dua kelompok, yaitu:
- Definisi Sempit : Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam arti sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam penentuan besarnya laba.
- Definisi Luas : Earning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
Berbagai definisi telah diberikan dalam menjelaskan manajemen laba sebagai suatu bentuk khusus akuntansi yang “dirancang”, dan bukannya akuntansi “berdasarkan prinsip”. Schipper (1989) dalam Belkaoui (2006:75) melihat manajemen laba sebagai suatu intervensi yang disengaja pada proses pelaporan eksternal dengan maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan pribadi. Hal ini diasumsikan dapat dilakukan melalui pemilihan metode-metode akuntansi dalam Generally Accepted Accounting Principle (GAAP) ataupun dengan cara menerapkan metode yang telah ditentukan dengan cara tertentu.
Schipper (1989) juga melihat manajemen laba baik dari sudut pandang ekonomi (nyata) maupun dari sudut pandang informasional. Sudut pandang laba diasumsikan dengan adanya eksistensi dari suatu laba ekonomi yang nyata yang didistribusikan dengan menggunakan manajemen laba yang disengaja dan/atau menggunakan kesalahan-kesalahan pengukuran yang terdapat dalam aturan-aturan akuntansi dan pendapatan yang kacau dan belum dikelola, yang diperoleh dari properti-properti baru manajemen laba baik dari segi jumlah, bias, atau variansnya. Sedangkan sudut pandang informasional mengasumsikan bahwa pendapatan adalah salah satu sinyal yang digunakan untuk pertimbangan dan pengambilan keputusan, dan para manajer memiliki informasi pribadi yang dapat mereka gunakan ketika mereka memilih unsur-unsur dalam GAAP terhadap berbagai kumpulan kontrak yang akan menentukan pembicaraan dan perilaku mereka (Belkaoui, 2006:75).
Pengaturan laba diduga muncul atau dilakukan manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang mereka lakukan (Gumanti, 2000:106). Pengaturan laba menjadi menarik untuk diteliti karena dapat menggambarkan perilaku para manajer atau pihak manajemen perusahaan dalam proses pelaporan keuangan perusahaan yang mencerminkan hasil kinerja perusahaan dalam periode tertentu, yaitu kemungkinan adanya motivasi tertentu yang mendorong mereka mengatur laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
Faktor yang Mendorong Pihak Manajemen Melakukan Manajemen Laba
Menurut Watts dan Zimmerman (dalam Sulistyanto, 2008:44) merumuskan tiga hipotesis teori akuntansi positif (Positive Accounting Theory) yang dapat dijadikan dasar pemahaman dalam tindakan manajemen laba adalah :
- Bonus Plan Hypothesis. Bonus Plan Hypothesis menyatakan bahwa “managers of firms with bonus plan are more likely to use accounting methods that increase current period reported income”. Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, mengakibatkan manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari periode mendatang ke periode saat ini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Dalam bonus atau kompensasi manajerial, pemilik perusahaan berjanji bahwa manajer akan menerima sejumlah bonus jika kinerja perusahaan mencapai jumlah tertentu. Janji bonus inilah yang merupakan alasan bagi manajer untuk mengelola dan mengatur labanya pada tingkat tertentu sesuai dengan yang diisyaratkan agar dapat menerima bonus.
- Debt Covenant Hypothesis. Debt Covenant Hypothesis menyatakan bahwa “the larger the firms debt to equity ratio, the more likely managers use accounting methods that increase income”. Dalam konteks perjanjian hutang, manajer akan mengelola dan mengatur labanya agar kewajiban hutangnya yang seharusnya diselesaikan pada tahun tertentu dapat ditunda pada tahun berikutnya. Hal ini merupakan upaya manajer untuk mengatur dan mengelola jumlah laba yang merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban hutangnya. Manajer akan melakukan pengelolaan dan pengaturan jumlah laba untuk menunda bebannya pada periode bersangkutan dan akan diselesaikannya pada periode-periode mendatang.
- Political Cost Hypothesis. Political Cost Hypothesis menyatakan bahwa “larger firms rather than small firms are more likely to use accounting choices that reduce reported profits”. Alasan terakhir adalah masalah pelanggaran regulasi pemerintah. Sejauh ini ada regulasi yang dikeluarkan pemerintah yang berkaitan dengan dunia usaha, misal undang-undang perpajakan, anti-trust dan monopoli, dan sebagainya. Perusahaan yang memperoleh laba lebih besar akan ditarik pajak yang lebih besar pula dan perusahaan yang memperoleh laba lebih kecil akan ditarik pajak yang kecil pula. Kondisi inilah yang merangsang manajer untuk mengelola dan mengatur labanya dalam jumlah tertentu agar pajak yang harus dibayarkan menjadi tidak terlalu tinggi, karena manajer sebagai pengelola tentu tidak ingin kewajiban yang harus diselesaikannya telalu membebaninya.
Ada berbagai faktor yang mendorong pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba, namun secara umum menurut Scoot (2000:277) mengelompokkan menjadi enam alasan, yakni sebagai berikut:
- Bonus Purposes, manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara opportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini. Hal ini disebabkan karena dasar perhitungan bonus yang akan diterima oleh manajemen adalah tingginya laba akuntansi.
- Political motivations, manajemen laba yang digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
- Taxations motivations, motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi yang digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan perusahaan.
- Pergantian CEO, CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk menaikkan bonus. Dan jika kinerja perusahaan buruk, akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
- Initial Public Offering, perusahaan yang go publik belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go publik melakukan manajemen laba dalam prospectus dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
- Pentingnya memberi informasi pada investor, informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja baik.
Keiso et al., (2007: 423), menyatakan bahwa kecurangan pelaporan keuangan biasanya terjadi karena kondisi yang ada dalam lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal berkaitan dengan buruknya pengendalian internal, buruknya perilaku etis manajemen, dan likuiditas atau profitabilitas perusahaan. Lingkungan eksternal berkaitan dengan kondisi industri, lingkungan bisnis secara keseluruhan, atau karena pertimbangan hukum dan peraturan. Peluang manajemen untuk melakukan manajemen laba bisa timbul apabila terdapat situasi dimana manajer mempunyai kesempatan dan upaya untuk mendeteksi sulit dilakukan. Peluang tersebut sering timbul dari:
- Tidak adanya dewan direksi atau komite audit yang mengawasi peroses pelaporan keuangan.
- Pengendalian internal yang lemah atau bahkan tidak ada.
- Terjadi transaksi yang rumit atau tidak biasa, seperti merger dan penutupan operasi tertentu.
- Estimasi akuntansi yang memerlukan pertimbangan subjektif yang signifikan oleh manajemen perusahaan, seperti cadangan atas kerugian piutang.
- Staf audit internal yang tidak efektif yang disebabkan oleh jumlah staf audit yang tidak memadai dan lingkup audit yang amat terbatas.
Menurut Stice et al. (2007: 421) menjelaskan pendorong para manajer untuk melakukan manajemen laba yaitu:
- Memenuhi target internal perusahaan.
- Memenuhi harapan eksternal.
- Meratakan atau memuluskan laba (income smoothing).
- Mempercantik laporan keuangan (window dressing) untuk keperluan penjualan saham perdana (initioal public offering-IPO) atau untuk memperoleh pinjaman dari bank.
Perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan yang dapat menimbulkan tindakan manajemen laba. Perbedaan kepentingan antara pihak agen dan prisipal dapat disejajarkan dengan penerapan mekanisme good corporate governanance baik mekanisme secara eksternal maupun internal.
Sasaran Manajemen Laba
Menurut Ayres (1994) dalam Gumanti (2000:108) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :
- Kebijakan Akuntansi. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.
- Pendapatan. Pendapatan dijadikan sebagai sasaran manajemen laba dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan.
- Biaya. Menganggap sebagai ongkos (biaya) atau menganggap sebagai suatu tambahaninvestasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of investment).
Strategi Manajemen Laba
Menurut Wild (2005), terdapat tiga jenis strategi yang diterapkan dalam manajemen laba, yaitu:
- Manajer meningkatkan laba periode kini. Salah satu strategi manajemen laba adalah meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. Cara ini juga memungkinkan peningkatan laba selama beberapa periode.
- Mandi besar (big bath). Strategi big bath dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk (sering kali pada masa resesi dimana perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk) atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi. Strategi big bath juga sering kali dilakukan setelah strategi peningkatan laba pada periode sebelumnya. Karena sifat big bath yang tidak biasa dan tidak berulang, pemakai cenderung tidak memerhatikan dampak keuangannya. Hal ini memberikan kesempatan untuk menghapus semua dosa masa lalu dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan laba di masa depan.
- Perataan laba (income smoothing). Pada strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan labayang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik dengan menciptakan cadangan atau “bank” laba dan kemudian melaporkan laba ini pada saat periode buruk.
Motivasi Manajemen Laba
Tiga motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba dikemukakan oleh Healy dan Wahlen (1998) dalam Setyaningrum (2008) yaitu:
- Motivasi Penilaian dan Harapan Pasar Modal. Sebagian besar investor dan analisis keuangan menggunakan informasi yang berbasis akuntansi (financial information) untuk melakukan penilaian terhadap prospek perusahaan. Sebagai konsekuensinya, dorongan perusahaan untuk melakukan manipulasi terhadap laba semakin besar. Minimnya informasi yang dikuasai oleh investor dibandingkan dengan informasi yang dikuasai oleh manajemen perusahaan menyebabkan timbulnya asimetri informasi (asymmetric information) dan ketidakpastian di pasar modal. Keunggulan manajemen dalam menguasai informasi tersebut memberi kesempatan dan motivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba (Teoh et al, 1998).
- Motivasi Kontraktual. Pada saat ini perusahaan menerapkan kontrak kompensasi bagi manajemen. Pada awal 1970, Wan dan Zammerson menegaskan bahwa kontrak kompensasi dapat menjadi pemicu terjadinya manajemen laba. Motivasi merupakan dorongan bagi manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Apabila laba yang diperoleh rendah dari target yang ditetapkan maka akan mendorong manajer untuk melakukan manipulasi laba dengan mentransfer laba masa depan (future earning) menjadi laba sekarang (current earning) dengan harapan akan memperoleh bonus (Scott, 2003).
- Motivasi Regulasi Pemerintah. Dikemukakan oleh Jones (1991) pada Setyaningrum (2008) bahwa 23 perusahaan dari 5 industri yang sedang mengalami investigasi impor oleh United State International Trade Commission lebih memilih untuk melaporkan income yang menurun dengan menggunakan discretionary accrual untuk mempengaruhi keputusan karena adanya regulasi impor.
Visit My YouTube Channel :
- Zikir Penghapus Dosa, Pembuka Pintu Rezeki, Penenang Hati, Permudah Segala Urusan
- Punya Hajat Dunia dan Akhirat? Pengen Bisnis Lancar? | Udah Sholawatin Aja!!
- Sholawat Munjiyat - Ust. Yusuf Mansyur
Comments
Post a Comment