FILSAFAT BISNIS DAN KAITANNYA DENGAN ETIKA

Bagi manusia, seseorang berfilsafat itu berarti mengatur hidup dengan perasaan bertanggung jawab. Bagi suatu masyarakat atau bangsa, filsafat itu tak kurang pentingnya sebab yang menjadi intisari atau jiwa suatu kebudayaan pada suatu tempat dan masa itu tak lain adalah pikiran-pikiran ahli piker bangsa pada masa itu. Tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa dimana kita hidup melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, tujuan, menentukan arah dan menuntutnya pada jalan baru.

Secara umum, konsep dasar filsafat bisnis menekankan pada adanya suatu pemahaman yang mendasar akan arti dan makna kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya. Bisnis yang bisa diartikan sebagai segala kativitas manusia dalam memnuhi kebutuhannya yang bersifat menguntungkan dipahami secara mendalam dengan pendekatan filsafatis, dengan tujuan agar dalam pelaksanaan bisnis memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia. 

Visit My YouTube Channel :

Para pelaku bisnis seharusnya berlaku sebagai moral agents atau sebagai pelaku-pelaku moral. Pendekatan teoritik-etis yang perlu diperhatikan para pebisnis kontemporer dalam menjalankan bisnis serta ekspektasi masyarakat akan tetap tegaknya norma dan nilai yang dianut.   

Defenisi dan Cara Befikir Filsafatis

Secara etimologi, filsafat berasal dari kata ‘Philosophia’ dalam bahasa Yunani. Istilah ‘philo’ berakar dari dua kata ‘philen’, yakni ‘mencintai’ dan ‘philos’ yang berarti ‘teman’. Sedangkan ‘sophia’ berarti ‘kebijaksanaan’ dan berasal dari akar kata ‘sophos’, yakni ‘bijaksana’. Orang yang melakukan kegiatan filsafat disebut ‘ filusuf’. Kata ini merupakan resapan dari kata ‘philosophos’ dalam bahasa Yunani yang berarti ‘orang yang mencintai kebijaksanaan’ (lihat dalam Mudhofir dalam Filsafat Ilmu UGM, 2002: 18).

Ruang lingkup kajian filsafat meliputi tiga hal, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi menyangkut apa yang akan ditelaah atau hakikat atas sesuatu yang akan ditelaah. Epistemologi menyangkut bagaimana cara menelaah sesuatu atau menyangkut pemaparan tentang proses. Aksiologi menyangkut untuk apa atau tujuan dari proses menelaah sesuatu atau manfaat yang akan diperoleh dari hasil menelaah sesuatu.

Filsafat adalah kata yang sangat absurd. Meski begitu, filsafat dapat diketahui dari bagaimana cirri - ciri orang yang sedang berpikir secara filsafatis. Ciri - ciri berpikir filsafat adalah menyeluruh atau komprehensif, mendalam, rasional, dan sistematis. Kemampuan berpikir seperti ini akan menuntun orang agar ia bisa melakukan bisnis secara baik dan benar. Baik adalah hal yang berkaitan dengan bagaimana tujuan - tujuan dari apa yang ia lakukan dapat dicapai. Sedangkan benar adalah bagaimana dalam mencapai tujuan - tujuan yang ia targetkan tidak melanggar aturan - aturan asasi dalam kehidupan. Misalkan masalah kejujuran, keadilan, etika, moral, dan lainnya. Sejatinya inti dari kegiatan bisnis itu adalah ingin menciptakan suatu kebahagiaan dalam hidupnya. 

Filsafat tetap merupakan produk manusia dengan olah akalnya. Artinya, selalu ada keterbatasan dalam hasil olah pikirnya. Kalaupun tujuan akhir dari filsafat adalah kebenaran yang sanggup memecahkan permasalahan manusia, namun kebenaran yang dihasilkan adalah kebenaran hasil olah pikir manusia yang sifatnya terbatas juga. Dalam arti, hasil pemikiran suatu manusia di suatu tempat, belum tentu cocok dipakai di tempat lain. Oleh karenanya, filsafat hanya memberikan warna dan mengarahkan cara berpikir manusia yang sifatnya sistematis dalam memperoleh kebenaran. Adapun kebenaran itu sendiri sifatnya sangat luas. Dalam hal ini, sangat diperlukan keluasan hati, kelapangan dada dalam menerima setiap hasil olah pikir manusia. Serta, manusia pun dalam melakukan olah pikirnya, harus pula mempertimbangkan segala aspek dari setiap sisi kehidupan manusia. Tidak bisa kaku terhadap hasil pemikiran orang lain. Wisdom atau kebijaksanaan sangat diperlukan pada akhirnya.

Bisnis dan Filsafat Bisnis

Hughes dan Kapoor menyatakan bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang  terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna  mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis meliputi dua hal mendasar, yakni kegiatan dan institusi. Kegiatan berarti mengacu kepada semua tindakan dan aktivitas manusia, mulai dari pencarian ide, aplikasi ide dalam melakukan bisnis hingga masalah evaluasi dan monitoring kegiatan bisnis. Sementara institusi mengacu kepada lembaga - lembaga atau badan - badan usaha yang menjadi sarana dalam melakukan bisnis, seperti perusahaan, koperasi, industri rumahan, toko, pabrik, dan sebagainya. 

Pengertian menyangkut filsafat dan bisnis, dapat ditarik simpulan bahwa yang dimaksud dengan filsafat bisnis adalah perenungan - perenungan mendalam tentang nilai - nilai, perilaku, dan kegunaan dari adanya kegunaan bisnis, dalam upaya untuk menjadikan hidup menjadi baik dan lebih baik lagi. Definisi tersebut menggambarkan alur hidup yang lurus atau linear dimana hidup manusia dianggap akan selalu bergerak ke arah yang lebih baik dan lebih baik lagi. Namun, kenyataan banyak memperlihatkan bahwa tidak sedikit orang yang gagal dalam bisnisnya. Tidak sedikit orang yang bangkrut dalam usaha niaganya. Sehingga perlu dipertanyakan di mana peran filsafat bisnis dalam menghadapi kegagalan - kegagalan bisnis. Di sinilah filsafat bisnis berbicara tentang bagaimana seseorang yang akan terjun ke dunia bisnis harus memiliki cara pandang yang benar terhadap kesuksesan dan kegagalan yang akan mereka temui. Seseorang yang memiliki kemampuan berfilsafat dalam bisnisnya akan memandang kegagalan bukan sebagai hilangnya materi yang ia miliki. Akan tetapi, ia akan lebih memandang kegagalan sebagai keberhasilan atau keuntungan yang tertunda. Di mana dia akan menangkap dari adanya kegagalan itu sebagai tantangan dia untuk lebih banyak upaya untuk mencoba dan mencoba lagi. Kegagalan itu akan ia dapatkan manakala ia berhenti untuk mencoba. Di situlah hakikat dari kegagalan: berhenti untuk mencoba.

Secara sistematis, ruang lingkup dari Filsafat Bisnis meliputi aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi dari bisnis. Ontologi meliputi penelaahan tentang apa yang dikaji oleh bisnis. Hal ini berarti penelaahan tentang isu - isu yang dikaji oleh bisnis dan hakikat dari isu - isu tersebut. Misalnya, tentang manusia sebagai pelaku bisnis, tentang pasar sebagai institusi bisnis, tentang etika dan sebagainya. Epistemologi bisnis menelaah tentang cara, metode dalam mencapai atau meraih atau melakukan suatu kegiatan bisnis. Sementara aksiologi bisnis menyangkut masalah manfaat apa yang akan diperoleh dari melakukan kegiatan bisnis. 

Fungsi Filsafat dalam Bisnis

Cara berpikir dan bertindak secara filsafatis sangat penting dalam bisnis. Pemikiran filsafat yang mendalam, komprehensif, dan rasional sangat sesuai dengan karakteristik bisnis yang penuh dengan risiko. Sedikitnya, terdapat tiga fungsi filsafat dalam bisnis.

1. Membangun Ruh Bisnis

Bisnis harus memiliki ruh. Ruh berkaitan dengan hidup dan kehidupan. Bisnis yang memiliki ruh akan senantiasa tumbuh dan berkembang, inilah arti dari hidup. Yang dimaksud dengan ruh bisnis adalah nilai - nilai luhur dalam kehidupan. Seperti kejujuran, keadilan, kebaikan, kebenaran, etika yang harus dikembangkan dalam bisnis. Tanpa nilai-nilai dasar tersebut, bisnis, akan kehilangan arah dan tujuan yang sebenarnya, serta kemungkinan bisnis yang digeluti akan hancur sebelum waktunya. Filsafat berfungsi memberikan ruh dalam aktivitas bisnis. Upaya pemikiran mendalam tentang hakikat kehidupan akan mengantarkan seorang pembisnis yang berpikir filsafat menemukan nilai-nilai tersebut di atas, dan dengan nilai tersebut ia membangun dan mengembangkan bisnisnya. 

2. Membangun Kesadaran dalam Bisnis

Kesadaran berkaitan dengan dunia pengetahuan dan dunia rasa. Peran  dan fungsi filsafat ini memberikan kualitas akan pengetahuan dan olah rasa manusia dalam melakukan bisnis. Seorang pembisnis yang memiliki nilai - nilai filsafatis dalam kinerjanya tidak akan sekedar mengejar keuntungan semata. Tetapi ia akan mengolah bisnisnya dengan penuh perasaan seperti layaknya seorang pelukis yang mencoretkan warna -warna dengan kuasnya di atas kanvas. 

3. Membangun Bisnis Berkelanjutan

Bisnis yang dijalani menghadapi masa yang sangat sulit. Barang yang diproduksi tidak laku, saingan bertambah dan menggerogoti pangsa pasar tanpa kenal rasa kasihan. Utang yang dipinjam jatuh tempo, para pekerja menuntut kenaikan gaji serta berbagai tunjangan lainnya, harga bahan baku menjadi sangat mahal di satu sisi, sementara di sisi lain harga jual barang sulit untuk dinaikkan, atau berbagai kondisi lainnya yang menjadikan bisnis menjadi sulit berkembang. 

Seorang pebisnis yang memiliki daya pikir filsafatis tidak akan kesal apalagi sampai putus asa menghadapi kondisi bisnis yang menjengahkan seperti itu. Membangun bisnis yang berkelanjutan bukanlah hal yang mudah. Salah satu upayanya adalah dengan membangun kesadaran dan ruh bisnis seperti paparan sebelumnya. Karenanya, melatih daya pikir filsafatis merupakan hal yang penting dalam membangun bisnis berkelanjutan.

Filsafat Bisnis dan Kaitannya dengan Etika

Simorangkir (2003) Etika berasal dari bahasa yunani, ethos (tunggal) atau ta etha (jamak) yang berarti watak, kebiasaan dan adat istiadat. Pengertian ini berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Perihal Etika Dalam masyarakat, manusia mengadakan hubungan-huubungan, antara lain hubungan agama, keluarga, perdagangan, politik, dll. Sifat hubungan ini sangat rumit dan coraknya berbagai ragam, Hubungan anta manusia sangat peka, sebab sering dipengaruhi emosi yang tidak rasional. Akan sia-sia setiap usaha yang bermaksud memaksakan satu bentuk pegaulan dan corak masyarakat kepada manusia. Namun demikian, manusia selalu berusaha agar tercapai kerukunan dan kebahagiaan di dalam suatu masyarakat. Maka timbulah peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang kita sebut etik, etika, norma, kaidah, tolak ukur, standar atau pedoman.

Sasaran Etika adalah moralitas, yakni istilah yang dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan yang membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, aturan-aturan yang mengendalikan kegiatan itu dan nilai-nilai yang tersimbul di dalamnya yang dipelihara atau dijadikan sasaran oleh kegiatan dan praktek tersebut. Menurut Robert C. Solomon moral dalam pengertiannya yang umum menaruh penekanan pada karakter dan sifat-sifat individu yang khusus, bukan pada aturan-aturan dan ketaatan. Misalnya : kebajikan-kebajikan, rasa kasih, kemurahan hati, kebesaran hati, dan sebagainya. Moralitas adalah istilah yang dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan yang membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, aturan-aturan yang mengendalikan kegiatan itu dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Etika pada umumnya didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual dan sosial sehingga mampu menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk dijadikan sasaran dalam kehidupannya. Etika berbeda dengan antropologi, psikologi dan sosiologi yang menguraikan bagaimana manusia berperilaku,kalau etika mengemukakan bagaimana manusia harus dan wajib berperilaku. Etika diarahkan kepada perilaku manusia yang dilakukan secara sadar dan atas kemauan sendiri. Etika dan moralitas mempunyai arti yang sama sebagai sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup, baik yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang konstan dan terulang dalam kurun waktu sehingga menjadi sebuah kebiasaan. 

Ada 2 (dua) yang saling berhubungan dalam studi etika yang lazim disebut sebagai: 

1. Etika deskriptif 

Etika ini erat hubungannya dengan antropologi, sosiologi dan psikologi dan bersandar kepada ketiganya. Mempelajari dan menguraikan moral suatu masyarakat, kebudayaan dan bangsa. Juga membandingkan dan menghadapkan sistem moral, kode-kode, preaktek, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berbeda-beda.

2. Etika normatif

Etika Normatif Secara sistematis berusaha menyajikan serta membenarkan suatu sistem moral. Berusaha menggambarkan serta membenarkan prinsip dasar moral atau nilai-nilai dasar suatu sistem moral. Sistem ini terdiri dari prinsip atau nilai dasar moral dan aturan moral yang khusus menguasai manusia dalam arti menghapuskan tindakan-tindakan yang buruk atau amoral, tetapi menganjurkan perilaku yang bermoral. Peraturan dan nilai-nilai inilah yang membentuk norma-norma moral suatu masyarakat.

Istilah Bisnis yang akan dipakai adalah mencakup setiap dan semua transaksi ekonomi antara perorangan, organisasi, dan lembaga yang mencari laba. Istilah bisnis akan mencakup segala macam kegiatan untuk memproduksi, menjual, membeli barang-barang, dan jasa demi laba. Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimanaditerapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005)

Jika kata etika dikaitkan dengan kata bisnis akan menjadi Etika Binis (business ethics). Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan (rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari kelakuan manusia. Kata etik juga berhubungan dengan objek kelakuan manusia di wilayah-wilayah tertentu, seperti etika kedokteran, etika bisnis, etika profesional (advokat, akuntan) dan lain-lain. Disini ditekankan pada etika sebagai objek perilaku manusia dalam bidang bisnis. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dariperilaku yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good) atau buruk “(bad)”. Catatan tanda kutip pada kata-kata baik dan buruk, yang berarti menekankan bahwa penentuan baik dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah.Akhirnya, keputusan bahwa manajer membuat tentang pertanyaan yang bekaitan dengan etika adalah keputusan secara individual, yang menimbulkan konskuensi. Keputusan ini merefleksikan banyak faktor, termasuk moral dan nilai-nilai individu dan masyarakat. Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya.

Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain (Dalimunthe, 2004). Etika bisnis : Prinsip-prinsip dalam suatu perusahaan yang mengatur tata cara, tindakan baik atau buruk seluruh anggota organisasi bisnis tersebut. Etika bisnis adalah bagian dari filsafat, Secara garis besar pengertian filsafat, etika dan etika bisnis berhubungan erat satu sama lain.

Secara tradisional pemikiran falsafi terbagi dua bentuk kegiatan rasional yakni : 

  1. Bersifat Analitis; filsafat meneliti secara terinci makna istilah-istiah keberlakuan argumentasi, sifat, serta asumsi yang membagi-baginya dalam komponen-komponen. Filsafat tertarik kepada pertanyaan asasi misalnya mengenai hakikat realitas, makna pengetahuan dan sanpai di mana pengetahuan itu dapat diandalkan, hakikat nilai-nilai dll.
  2. Berbentuk Sintesis; Para filsuf menyusun suatu pandangan menyeluruh yang menggabungkan dan mengintegrasikan berbagai masalah satu sama lain, serta sejauh mungkin membuat semua bagian-bagian dari pengalaman kita menjadi jelas dan terang. Menghubungkan penemuan ilmuan, seniman dan pengalaman manusia pada umumnya dalam suatu kebulatan yang dapat dimengerti.

DAFTAR PUSTAKA

Raharja, J. Sam’un. Konsep Dasar Filsafat Bisnis

Yosephus, Sinuor L (2010). Etika Bisnis “Pendekatan Filsafat Moral terhadap Perilaku Pebisnis Kontemporer). Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Comments

Popular posts from this blog

Sistem Informasi Akuntansi : Model Umum Sistem Informasi Akuntansi

Organisasi Sektor Publik : Pengertian, Ruang Lingkup, Perkembangan, Tujuan, Karakteristik, Jenis Jenis, Perbedaan, dan Persamaan Organisasi Sektor Publik dan Sektor Swasta